Senin, 19 Maret 2018

BaB I. Pendahuluan Praktikum Fitokimia


BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Pengertian Fitokimia
Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari berbagai senyawa organic yang dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan, yaitu tentang struktur kimia, biosintetis, perubahan dan metabolism, penyebaran secara alami dan fungsi biologis dari senyawa organik.
Fitokimia atau kadang disebut fitonutrien, dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrient yang diturunkan dari sumber tumbuhan termasuk sayuran dan buah – buahan. Dalam penggunaan umum fitokimia memiliki definisi yang lebih sempit.
Fitokimia biasanya digunakan untuk merujuk pada senyawa yang ditemukan pada tumbuhan yang tidak dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh, tapi memiliki efek yang menguntungkan bagi kesehatan atau memiliki peran aktif bagi pencegahan penyakit. Karenanya, zat-zat ini berbeda dengan apa yang diistilahkan sebagai nutrien dalam pengertian tradisional, yaitu bahwa mereka bukanlah suatu kebutuhan bagi metabolisme normal, dan ketiadaan zat-zat ini tidak akan mengakibatkan penyakit defisiensi. Tapi paling tidak, tidak dalam jangka waktu yang normal untuk defisiensi tersebut.
A.    Tujuan Percobaan Karakterisasi Simplisia
1.      Memahami pentingnya uji kebenaran simplisia
2.      Dapat melakukan uji kebenaran simplisia secara kimia
3.      Dapat menjamin kebenaran simplisia
B.     Tujuan Percobaan Skrining Fitokimia
1.      Dapat mendeteksi senyawa kimia tumbuhan berdasarkan golongannya dan mengidentifikasikan senyawa kimia tersebut
2.      Menjadi informasi awal untuk mengetahui senyawa kimia yang mempunyai aktivitas biologis.
C.    Tujuan Percobaan Penetapan Zat Identitas
1.      Menguji kualitas simplisia
2.      Menguji keseragaman kandungan simplisia
D.    Tujuan Percobaan Ekstraksi
1.      Mengerti prinsip kerja ekstraksi cara dingin dan cara panas
2.      Dapat menentukan metode ekstraksi yang sesuai
3.      Mengerti prinsip kerja alat refluks dan soxhlet
1.2    Karakteristik Simplisia
Simplisia adalah bahan alamiah yang digunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan lecuali dinyatakan lain berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia nabati adalah simplisia berupa tumbuhan utuh, bagian tumbuhan atau isi sel yang dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya atau senyawa nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tumbuhannya dan belum berupa senyawa kimia murni.
A.    Variasi Kandungan Kimia Tumbuhan Obat (In Vivo) disebabkan oleh :
1.    Genetik (bibit)
2.    Lingkungan (tempat tumbuh, iklim)
3.    Rekayasa agronomi
4.    Panen (waktu dan pasca panen)
B.     Tahapan Pembuatan Simplisia Yang Baik
1.    Pengumpulan bahan (panen)
2.    Sortasi basah
3.    Pencucian
4.    Sortasi kering
5.    Perajangan
6.    Pengeringan
7.    Penyimpanan
C.    Karakteristik Simplisia
1.    Mikroskopik
2.    Kadar air
3.    Susut pengeringan
4.    Kadar abu
5.    Kadar sari larut air dan larut etanol
6.    Bahan organik asing
Penetapan Zat dan Identitas Deret Eluotropik (dari non polar ke polar)
Ko Pada 20°C
Viskositas Pada 20°C
Titik Didih CC)
Heksan
1,890
0,326
68,7
Heptana
1,924
0,409
98,4
Sikloheksan
2,023
1,020
81,4
Karbon tetraklorida
2,238
0,469
76,8
Benzena
2,284
0,652
80,1
Kloroform
4,806
0,580
61,3
Dietil eter
5,340
0,233
34,6
Etil asetat
6,020
0,455
77,1
Piridin
12,30
0,974
115,1
Aseton
20,70
0,316
56,5
Etanol
24,30
1,200
78,5
Metanol
33,62
0,597
64,6
Air
80,37
1,005
100

1.3    Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan kental yang didapat dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia dengan menggunakan petarut yang sesuai kemudian semua atau hampir semua pelarutnya diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sampai memenuhi bahan yang telah ditetapkan.
Parameter standar ekstrak meliputi kandungan organoleptik, kelarutan, keasaman, bobot jenis, vikositas/kekentalan, kadar air, bahan padat total, zat identitas, profit kromatografi, anatlisa kuaCrtatif dan kuantitatif, kemantapan fisika dan kimia.
Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Mutu Ekstrak :
1.    Faktor biologi
2.    Identitas jenis (spesies) yaitu jenis tumbuhan dari sudut keragaman hayati dapat dikonfrrmasi sampai informasi genetik sebagai faktor internal untuk validasi jenis (spesies).
3.    Lokasi tumbuhan asal merupakan faktor ekstemal yaitu lingkungan (tanah dan atmosier) dimana tumbuhan berinteraksi yang berupa energi (cuaca, suhu, cahaya) dan mated (air, senyawa organik dan anorganik).
Periode panen merupakan dimensi waktu dari proses kehidupan tumbuhan terutama metabolisme sehingga menentukan kandungan kimia tumbuhan. Harus diketahui waktu kandungan kimia mencapai kadar optimal selama proses biosintesis dan waktu sebelum senyawa tersebut diubah atau dikonversi atau di-biotransformasi atau di-biodegradasi menjadi senyawa lain.
Penyimpanan bahan tumbuhan merupakan factor eksternal yang dapat diatur, mempengaruhi stabilitas bahan dan cemaran (biotic dan abiotik).


1.4    Ekstraksi
Ekstraksi atau penyarian adalah kegiatan penarikan zat yang dapat larut dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Faktor yang mempengaruhi kecepatan ekstraksi adalah kecepatan difusi zat yang larut melalui lapisan batas antara pelarut dengan simplisia. Dengan mengetahui zat aktif yang terkandung dalam simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat. Struktur kimia yang berbeda mempengaruhi kelarutan dan stabilitas zat aktif terhadap pemanasan, logam berat, udara, cahaya dan derajat keasaman. Ekstraksi harus memperhatikan sifat fisik simplisia, sifat zat aktif dan sifat
 zat yang ada dalam simplisia seperti protein, kartbohidrat, lemak dan gula.
A.    Kriteria Pelarut Yang Baik
1.      Murah dan mudah didapat
2.      Stabil secara fisika dan kimia
3.      Bereaksi netral
4.      Tidak mudah menguap fan terbakar
5.      Selektif, hanya menarik zat aktif yang diinginkan
6.      Tidak mempengaruhi zat berkhasiat
7.      Diperbolehkan oleh peraturan pemerintah

B.     Metode Ekstraksi
1.         Cara Dingin
a.    Maserasi
Pelarut akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena ada perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan di laur sel maka larutan yang lebih pekat akan didesak keluar, terjadi secara berulang-ulang sampai tercapai kesetimbangan konsentrasi antara di dalam dan di luar sel.
b.   Perkolasi
Perkolasi dilakukan dengan mengalirkan pelarut metalui simplisia yang telah dibasahi. Simplisia dalam bejana silinder dengan bagian bawah mempunyai sekat berpori. Pelarut dialirkan dari atas melalui simplisia, pelarut akan melarutkan zat aktif sel yang dilaluinya sampai larutan jenuh.


2.         Cara Panas
a.      Dekok dan Infus
Infus adalah sediaan air yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia dengan air pada 90°C selama 15 menit, sedangkan dekok selama 30 menit. Ekstrak kurang stabil dan mudah tercemar oleh bakteri dan jamur sehingga tidak boleh disimpan tebih dari 24 jam pada suhu kamar.
b.      Digesti
Digesti merupakan maserasi secara panas dan kinetik yaitu dengan pengadukan secara kontinu pada suhu 40-50°C.
c.       Destilasi Uap
Ekstraksi kandungan kimia menguap (minyak atsiri) dari bahan (segar atau simplisia) dengan uap air berdasarkan peristiwa tekanan parsial kandungan kimia menguap dengan fase uap air dari ketel secara kontinu sampai sempuma dan diakhiri dengan kondensasi fase uap campuran (kandungan kimia menguap ikut terdestilasi) menjadi destitat air bersama-sama kandungan kimia yang memisah sempuma atau memisah sebagian.
d.      Refluks
Refluks dilakukan dengan merendam simplisia datam pelarut di dalam labu bundar. Dengan pemanasan proses ekstraksi lebih cepat, adanya kondensor akan mendestilasi pelarut sehingga seolah-olah ditambahkan pelarut baru ke dalam sistem sehingga dapat menampung lebih banyak zat aktif.
e.       Soxhlet
Simplisia selalu berkontak dengan pelarut yang segar. Ekstrak dibawa oleh pelarut masuk ke dalam labu bundar, pelarut akan terdestilasi kembali untuk ekstraksi berikutnya. Mudah untuk mengganti pelarut dari non polar menjadi semi polar atau polar dengan cara mengganti isi labu bundar.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar