BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Sejarah Farmakognosi
Secara harfiah, farmakognosi berarti
ilmu pengetahuan tentang obat, yang merupakan bagian dari ilmu seni pengobatan
sejak manusia pertama kali mulai untuk mengobati berbagai macam penyakit.
Istilah pharmacognosy terdiri
dari 2 (dua) kata Yunani yaitu pharmakon =
obat dan gnosis = ilmu pengetahuan.
Pengertian yang lebih luas tentang farmakognosi dijelaskan oleh FlÜckiger, menurutnya farmakognosi adalah penggunaan terpadu dari
berbagai disiplin ilmu dengan obyek pengetahuan mengenai obat yang diperlukan,
dipandang dari berbagai sudut.
1.2 Pengertian Farmakognosi
Perkataan Farmakognosi berasal dari dua kata
Yunani yaitu Pharmakon yang berarti
obat, dan gnosis yang berarti ilmu
atau pengetahuan. Jadi farmakognosi berarti
pengetahuan tentang obat.
Definisi
yang mencakup seluruh ruang lingkup farmakognosi diberikan oleh Fluckiger,
yaitu pengetahuan secara serentak berbagai macam cabang
ilmu
pengetahuan untuk memperoleh segala segi yang perlu
diketahui
tentang obat.
Ada beberapa
definisi obat, apabila dikaitkan dengan ilmu farmakognosi, diantaranya (menurut Permenkes 246/Menkes/Per/V/1990)
1.
Obat : Suatu bahan atau paduan bahan – bahan yang dimaksudkan
untuk digunakan
dalam
menetapkan diagnosa,
mencegah, mengurangkan, menyembuhkan penyakit atau
gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau
hewan, memperelok bagian badan manusia.
2.
Obat Jadi : Obat dalam keadaan murni atau
campuran dalam bentuk serbuk, cairan, salep, tablet, pil, suppositria atau
bentuk yang mempunyai nama teknis sesuai dengan Farmakope Indonesia atau
buku-buku lain yang ditetapkan pemerintah
3.
Obat Patent : Obat jadi dengan nama dagang
yang terdaftar atas nama si pembuat atau
dikuasakannya dan dijual dalam bungkus asli dari pabrik yang
memproduksinya.
4.
Obat Baru : Obat yang terdiri dari atau
berisi suatu zat baik sebagai bagian yang berkhasiat maupun yang tidak
berkhasiat, misalnya lapisan, pengisi, pelarut, bahan pembantu atau komponen
lain yang belum dikenal, sehingga tidak diketahui khasiat atau kemurnian.
5.
Obat Tradisional : Bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari bahan
bahan tersebut, cara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan
pengalaman.
1.3 Ruang Lingkup Farmakognosi
Farmakognosi
sangat terkait dengan ilmu-ilmu kedokteran, pertanian, fisika, dan kimia.
Farmakognosi juga erat hubungan dibidang pengetahuan tentang biologi yang
meliputi botani, zoology, fisiologi,
anatomi, morfologi, histologi, klasifikasi, kimiawi tanaman, ekologi dan
genetika. Sedangkan di
Indonesia saat ini untuk praktikum Farmakognosi hanya
meliputi segi pengamatan makroskopis,
mikroskopis dan organoleptis yang
seharusnya juga mencakup identifikasi, isolasi dan
pemurnian setiap zat yang terkandung dalam simplisia dan bila perlu penyelidikan dilanjutkan ke arah sintesa.
1.3.1 Hubungan Farmakognosi Dengan Botani Zoologi
Simplisia harus mempunyai identitas botani – zoologi yang pasti, artinya harus diketahui dengan tepat nama latin
tanaman atau hewan dari mana
simplisia tersebut diperoleh, misalnya : menurut Farmakope Indonesia ditentukan bahwa untuk Kulit Kina harus diambil dari
tanaman asal Cinchona succirubra, sedangkan jenis kina terdapat banyak sekali , yang tidak mempunyai kadar kina yang tinggi. Atas dasar pentingnya identitas botani – zoologi maka nama-nama
tanaman
atau hewan dalam Farmakope
selalu disebut
nama latin dan tidak dengan nama daerah, karena satu nama daerah
seringkali berlaku
untuk lebih dari
satu macam tanaman
sehingga dengan demikian nama daerah tidak selalu memberikan kepastian identitas.
1.3.2 Hubungan Farmakognosi
Dengan Ilmu – Ilmu Lain
Farmakognosi dianggap sebagai bagian dari
Materia Medika.
Simplisia
diapotik
kemudian
terdesak oleh perkembangan
galenika,
sehingga persediaan simplisia di
apotik digantikan dengan
sediaan – sediaan galenik yaitu,
tingtur,
ekstrak, anggur dan
lain – lain. Farmakognosi erat hubungannya dengan ilmu-ilmu lain
misalnya: Biokimia, dalam pembuatan zat-zat sintetis seperti Kortison, Hidrokortison
dan lain - lainnya.
Ruang lingkup
Farmakognosi tidak terbatas pada pengetahuan tentang simplisia yang tertera dalam Farmakope,
tetapi meliputi pemanfaatan alam
nabati- hewani dan mineral dalam berbagai aspeknya di
bidang farmasi dan Kesehatan.
1.4.1
Tata Nama
Latin Tanaman
1.
a. Nama Latin tanaman terdiri dari 2 kata, kata pertama disebut nama genus
dan perkataan kedua disebut petunjuk species , misalnya nama latin
dari padi adalah Oryza sativa, jadi
Oryza adalah genusnya
sedangkan sativa
adalah petunjuk speciesnya.
b. Huruf
pertama dari genus ditulis dengan huruf besar dan huruf
pertama dari petunjuk species ditulis dengan
huruf kecil. Nama ilmiah lengkap dari suatu tanaman terdiri dari nama latin
diikuti dengan
singkatan nama ahli botani yang memberikan nama
latin
tersebut
Beberapa contoh adalah sebagai
berikut :
Nama
ahli botani
|
Disingkat sbg
|
Nama tanaman lengkap
|
Linnaeus
De Candolle
Miller Houttuyn
|
L
DC
Mill Houtt
|
Oryza sativa L
Strophanthus
hispidus DC Foeniculum vulgare Mill Myristica
fragrans
Houtt
|
2 Nama latin tanaman tidak boleh lebih
dari 2 perkataan, jika lebih dari 2 kata (3 kata), 2 dari
3 kata tersebut harus digabungkan
dengan tanda (-)
.
Contoh : Dryopteris filix - mas Strychnos nux - vomica Hibiscus rosa - sinensis
3 Kadang- kadang terjadi penggunaan 1 nama latin terhadap 2 tanaman yang berbeda, hal ini disebut homonim
1.4.2 Tata Nama Simplisia
Dalam ketentuan umum Farmakope Indonesia disebutkan
bahwa nama simplisia nabati ditulis dengan
menyebutkan nama
genus atau
species
nama tanaman, diikuti
nama bagian tanaman yang
digunakan.
Ketentuan ini tidak berlaku untuk simplisia nabati yang diperoleh dari
beberapa macam tanaman dan untuk eksudat nabati.
Tabel 2. Nama Latin dari Bagian Tanaman yang
digunakan dalam tatanama simplisia
No
|
Nama Latin
|
Keterangan
|
1
|
Radix
|
akar
(root), sering tidak sama dengan konsep botani. Namanya radix ternyata
merupakan rhizomes (akar tinggal).
|
2
|
Rhizoma
|
Merupakan
batang yang berada di bawah tanah, tumbuh mendatar, secara umum membawa akar
lateral/cabang samping.
|
3
|
Tuber
|
Suatu
bagian di dalam tanah yang mengandung nutrisi, secara botani merupakan
akar/rhizoma. Tuber adalah bagian tumbuhan yang menebal, utamanya terdiri
dari parenkim tempat menyimpan makanan (biasanya pati/amilum) dan dengan
sedikit bagian yang berkayu.
|
4
|
Bulbus
|
onion, umbi Iapis. Secara
botani umbi Iapis adalah batang, yang diselimuti dengan daun bernutrisi yang
biasanya hanya sedikit mengandung klorofil.
|
5
|
Lignum
|
wood, kayu. Secara botani
adalah bagian xilem yang berkayu. Namun sering keliru, misalnya Quassiae
Iignum juga mengandung kulit batang yang tebal, walaupun hanya sebagian
kecil.
|
6
|
Cortex
|
bark, kulit kayu. Berupa
seluruh jaringan di luar kambium. Dapat berasal dan akar, batang, dan cabang.
|
7
|
Folium
|
leaf, daun terdiri dari daun
tengah pada tumbuhan.
|
8
|
Flos
|
flower, bunga yang terdiri
dari bunga tunggal atau seluruh karangan bunga.
|
9
|
Fructus
|
fruit, buah yang berupa buah
yang belum masak, sudah tua belum masak, sudah masak.
|
10
|
Pericarpium
|
fruit
peel, kulit buah.
|
11
|
Semen
|
seed, biji terdiri dan
seluruh biji atau biji tanpa kulit.
|
12
|
Herba
|
herb, Bagian tumbuhan
di atas tanah (aerial parts) terdiri dari batang, daun,
bunga, dan buah.
|
13
|
Aetheroleum
|
essential
oil, volatile oil. Minyak atsiri (minyak menguap, minyak terbang)
adalah produk yang berasal dari tumbuhan atau bagiannya yang berbau khas yang
terdiri banyak komponen yang komplek dan bersifat menguap.
|
. 14
|
Oleum
|
oil, minyak lemak (fixed oil)
yang berasal dari tumbuhan yang dipisahkan dengan pengepresan.
|
15
|
Pyroleum
|
tar, dibuat dengan
destilasi kering bahan tumbuhan.
|
16
|
Resina
|
resin, yaitu produk dan
sekret tumbuhan tertentu atau hasil destilasi balsam, yaitu residu
penyulingan balsam.
|
17.
|
Balsamum
|
balsam, Ianutan resin dalam
minyak atsiri yang dihasilkan oleh tumbuhan tertentu.
|
1.5 Morfologi Fisiologi Tumbuhan
Morfologi
tumbuhan ialah ilmu yang mempelajari struktur organ tumbuhan baik mengenal
akar, daun, batang, bunga, buah, maupun bijinya. Pada dasarnya, tumbuhan
terdiri atas 3 (tiga) organ pokok, yaitu akar (radiks), batang (caulis),
dan daun (folium).
Tumbuhan yang
mempunyai ketiga unsur pokok tersebut adalah golongan kormofita (kormofita
berasal dari Bahasa Yunani yaitu, cormus berarti akar, batang
dan daun; sedangkan phyta berarti tumbuhan). Selain itu bagian
lain dari tubuh tumbuhan dapat dikatakan sebagai turunan (derivat) dari salah
satu atau dua bagian pokok tersebut yang telah mengalami perubahan bentuk,
sifat dan fungsi (Setiawan 2010: 32).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar